31 Jan 2014

Komputer Dan Masyarakat


PENGANTAR

Sampai dua ratus tahun yang lalu ekonomi dunia bersifat agraris dimana salah satu ciri utamanya adalah tanah merupakan faktor produksi yang paling dominan. Sesudah terjadi revolusi industri, dengan ditemukannya mesin uap, ekonomi global ber-evolusi ke arah ekonomi industri dengan ciri utamanya adalah modal sebagai faktor produksi yang paling penting. Menjelang peralihan abad sekarang inl, cenderung manusia menduduki tempat sentral dalam proses produksi, karena tahap ekonomi yang sedang kita masuki ini berdasar pada pengetahuan (knowledge based) dan berfokus pada informasi (information focused).

Dalam hal ini telekomunikasi dan informatika memegang peranan sebagai teknologi kunci (enabler-technology)Kemajuan teknologi informasi dan telekomunikasi begitu pesat, sehingga memungkinkan diterapkannya cara-cara baru yang lebih efisien untuk produksi, distribusi dan konsumsi barang dan jasa. Proses inilah yang membawa manusia ke dalam Masyarakat atau Ekonomi Informasi. Masyarakat baru ini juga sering disebut sebagai masyarakat pasca industri.
Apapun namanya, dalam era informasi, jarak fisik atau jarak geografis tidak lagi menjadi faktor dalam hubungan antar manusia atau antar lembaga usaha, sehingga jagad ini menjadi suatu dusun semesta atau “Global village”. Sehingga sering kita dengar istilah “jarak sudah mati” atau “distance is dead” makin lama makin nyata kebenarannya.

Terbentuknya masyarakat informasi  melalui proses transisi dari masyarakat sebelumnya yaitu masyarakat pra pertanian, masyarakat pertanian dan masyarakat industri, yang dipacu atau dipercepat dengan terjadinya perubahan teknologi komunikasi.
Sejak istilah apa yang disebut masyarakat informasi diperkenalkan
pada tahun 1962 ( Machlup, 1962, dalam May, 2002:3), perdebatan ramai
mengenai apa dan bagaimana dampak information society atau masyarakat
informasi terus berlanjut sepanjang garis kontinum dengan berbagai
dimensi yang berbeda. Secara umum, masyarakat informasi mengacu pada
suatu masyarakat dimana produksi, distribusi, dan pengolahan informasi
merupakan aktifitas utamanya (Anonimus, 2006). Masyarakat ini
menekankan pentingnya peran teknologi informasi dan komunikasi (ICT)
serta akses dibawah pengaruh ekonomi, politik, dan lingkungan sosial
(Geldof, 2005).

Sementara ICT secara universal dipandang netral, pihakpihak
yang diuntungkan dan yang dirugikan ternyata cukup banyak
tergantung pada bagaimana lingkungan tersebut dilihat. Dengan kata lain,
munculnya si untung dan si rugi dari investasi di bidang ICT bersifat
kontekstual. Dengan melihat bahwa risiko-risiko kerugian potensial dapat
dibenarkan bila dibandingkan dengan banyaknya manfaat yang dapat
diperoleh suatu masyarakat dari ICT, artikel ini memandang bahwa
usaha-usaha untuk mencari keseimbangan yang tepat diantara penggunaan
ICT dengan beragamnya ekonomi, politik, dan lingkungan sosial

MASYARAKAT INFORMASI
Pada akhir 1900, pekerja di bidang informasi atau media hanya berjumlah sekitar 10%. Pada akhir masyarakat industri dan merupakan awal era informasi di sekitar tahun 1950-an, pekerja di bidang media / informasi telah mencapai 30% dari berbagai jenis pekerjaan.

Pada akhir 50-an dimana mulai berkembang teknologi komunikasi bersamaan dengan berkembangnya teknologi komputer, maka pekerja yang bergerak di bidang media dan informasi menjadi sekitar separuh dari jumlah jenis pekerjaan yang ada, yang ini dimulai sekitar akhir tahun 60-an.

Konvergensi media ini terwujud melalui beberapa jalan, antara lain terjadinya integrasi teknologi, merging dari perusahaan – perusahaan media, perubahan dari lifestyle, perubahan pola dan jenis karir, perubahan peraturan – peraturan, perubahan issue – issue sosial, yang semuanya menyebabkan terjadinya dinamika sosial.

Dengan berkembangnya Information and Communication Technology (ICT) pada Masyarakat Informasi, maka berkembang pula proses – proses komunikasi. Komunikasi interpersonal se olah – olah lalu menjadi :
Tidak Berjarak; Dapat Dilaksanakan serentak lebih dari dua orang; Jarak dalam cara berkomunikasi tidak lagi menjadi kendala. Terjadi merger kemampuan, baik antara orang yang berkomunikasi dengan   pencipta software yang digunakan dalam berkomunikasi maupun diantara orang – orang yang berkomunikasi menggunakan fasilitas ICT; Dalam waktu yang relatif singkat orang yang berkomunikasi akan segera diperkaya informasinya, sehingga mempunyai kemungkinan merubah pandangan – pandangannya dalam waktu yang relatif singkat.; Bidang ilmu dan lapangan kerja di bidang komunikasi lalu berkembang.

Berbagai perkembangan kondisi yang diungkap diatas,   berdampak pula bagi  pola aktivitas komunikasi yang diistilahkan sebagai berkembangnya pola dan fungsi serta manfaat interaktivitas atau interactivity dalam kehidupan  sosial kemasyarakatan, termasuk ekonomi, keuangan dan bidang politik.

Pengertian Masyarakat Informasi

Information society atau masyarakat Informasi adalah sebuah istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan sebuah masyarakat dan sebuah ekonomi yang dapat membuat kemungkinan terbaik dalam menggunakan informasi dan teknologi komunikasi baru (new information and communication technologies(ICT’s)).

Dalam masyarakat informasi orang akan mendapatkan keuntungan yang penuh dari teknologi baru dalam segala aspek kehidupan di tempat kerja, di rumah dan tempat bermain. Contoh dari ICT’s adalah: ATM untuk penarikan tunai dan pelayan perbankan lainnya, telepon genggam(handphone), teletext television, faxes dan pelayan informasi seperti juga internet, e-mail, mailinglist, serta komunitas maya (virtual community) lainnya.

Pengertian lain dari informastion society atau masyarakat informasi adalah suatu keadaan masyarakat dimana produksi, distribusi dan manipulasi suatu informasi menjadi kegiatan utama. Jadi dapat dikatakan bahwa pengolahan informasi adalah inti dari kegiatan.

 Ciri – ciri Masyarakat Informasi
  • Adanya level intensitas informasi yang tinggi (kebutuhan informasi yang tinggi) dalam kehidupan masyarakatnya sehari – hari pada organisasi – organisasi yang ada, dan tempat– tempat kerja
  • Penggunaan teknologi informasi untuk kegiatan sosial, pengajaran dan bisnis, serta kegiatan– kegiatan lainnya.
  • Kemampuan pertukaran data digital yang cepat dalam jarak yang jauh
Contoh dari Masyarakat Informasi
  • Mailing List
  • Chatting
  • Friendster 
Munculnya Era Informasi dan Penggunaan Teknologi Informasi

Masyarakat adalah suatu institusi yang bersifat kontekstual dimana
suatu nilai yang telah disepakati pada satu komunitas belum tentu relevan
jika diterapkan di komunitas lain. Munculnya era informasi tidak harus
menciptakan tingkat penggunaan teknologi informasi dan komunikasi
yang sama pada masyarakat seluruh dunia. Castells dan Himanen (2002)
menunjukkan bahwa setiap inisiatif pengembangan ICT harus relevan dan
menyentuh struktur terdalam dalam sebuah masyarakat.

Dengan kata lain,penggunaan sudut pandang sosio-ekonomi dan politik dapat memfasilitasi masyarakat untuk berkonsentrasi pada kebutuhan lokal mereka, yang lebih memiliki pembelajaran kontekstual (ODI, 2003). Pertimbangan ini juga meminta suatu transformasi struktur yang mendasar pada masyarakat
informasi agar dapat berkembang (Committee for the Future, 2004).
Konsekuensinya, pemikiran ini dapat menciptakan pihak penerima
manfaat dan pihak korban dari penggunaan ICT.

Dengan era informasi ini, semuanya menjadi serba yaitu serba murah, cepat, tepat, dan 
akurat. Teknologi Komunikasi mutaakhir telah menciptakan apa yang disebut “publik dunia”. Bersamaan dengan perkembangan teknologi komunikasi ini, meningkat pula kecemasan tentang efek media massa terhadap masyarakat (khalayak). Di era globalisasi saat ini media massa mempunyai peranan penting dalam membentuk pola hidup masyarakat. Media menjadi patokan bagi masyarakat untuk mendapatkan informasi, terutama bagi masyarakat informasi, mereka dengan mudah dapat mengakses segala informasi yang mereka butuhkan.
     
     Globalisasi
Konvergensi perusahaan media juga melahirkan grup media yang dapat memanfaatkan penyebaran berita dalam membentuk opini untuk disebarkan ke berbagai jenis media yang berbeda di bawah naungan grupnya. Sebuah grup MNC di bidangmedia seperti CNN, atau MNC di Indonesia, misalnya menaungi beberapa media TV, radio, surat kabar, internet dll. Melalui media massa dapat membentuk realitas kehidupan masyarakat sejalan dengan kapitalis neo liberalism. Di era globaisasi saat ini media massa mempunyai peranan penting dalam membentuk pola hidup masyarakat. Media massa berlomba-lomba menyuguhkan acara atau pemberitaan tertentu yang dapat menarik minat khalayak, sesuai dengan fungsi media massa sebagai media informasi, media pendidikan dan hiburan. Bahkan dewasa ini media massa dikategorikan sebagai The Third Power (kekuatan/kekuasaan ke tiga) setelah money (uang) dan power (kekuasaan) itu sendiri. Dengan demikian para penguasa ekonomi (baca konglomerat) dan penguasa negara berlomba-lomba untuk mendirikan media atau membeli perusahaan media yang ada. Pencitraan (image) telah menjadi mode bagi kalangan politisi dewasa ini, lihat dalam kampanye calon legislatif dan calon presiden telah memanfaatkan media massa dalam kampanye mereka. Shirly Biagy (1995) menyatakan bahwa dana kampanye banyak dihabiskan melalui media massa terutama televisi.”The rising cost of national political campaigns is directly connected to the expence of television advertising. TV is very efficient way to reach large numbers of people quickly, but campaigning for television also distances the candidates from direct public contact. 

Sebagai salah satu varian dari kapitalisme adalah neo liberalism yang merupakan bentuk modern liberalisme klasik dengan tiga ide utamanya, yaitu pasar bebas, peran negara yang terbatas, dan individualism (Adams, 2004). Implikasi dari perpaduan ideologi pasar bebas memarginalkan peran negara dan mengutamakan tanggungjawab individu. Dalam skala global dengan dikuasainya perusahaan media oleh penguasa dan konglomerat yang banyak dimiliki oleh negara-negara maju, negara-negara super power dan Eropa akan mendominasi sumber informasi dan dapat menekan negara-negara lain di bidang ekonomi, militer, politik dan budaya. Dunia ke tiga atau negara-negara miskin dengan terpaksa tunduk serta tidak berdaya dalam menghadapi rekayasa informasi yang sering menyudutkan negara-negara berkembang. Selanjutnya dengan diperkecilnya peran negara maka peran masyarakat dan media massa akan semakin besar dan bahkan menjadi pilar demokrasi. Terbentuknya masyarakat informasi adalah sebuah kenicayaan di era informasi yang sangat terbuka ini, seperti dikatakan Mc Luchan bahwa dunia sekarang sudah menajadi “desa global” (global village) di mana tidak ada lagi suatu peristiwa yang terjadi di penjuru dunia yang tidak diketahui oleh masyarakat di belahan dunia lain pada saat terjadinya (real time). Pengaruh globalisasi tersebut akan sangat mempengaruhi lembaga pemerintah, lembaga politik, budaya dan life style masyarakat.
2
          Perkembangan Teknologi Komunikasi
Hakikat teknologi adalah the systemaric application of scientific or other kowledge to pratical task (Galbraith). Selanjutnya perkembangan teknologi komunikasi secara langsung telah memberikan efek terhadap perkembangan masyarakat. Sardar mengatakan bahwa dulu bangsa-bangsa berjuang menguasai wilayah atau berjuang untuk kemerdekaan wilayahnya, sekarang orang mulai berjuang untuk menguasai “bidang baru” yaitu informasi agar tidak dikendalikan oleh yang menguasai informasi. 

Penguasaan informasi harus dimulai dengan penguasaan dan pengendalian terhadap perkembangan teknologi komunikasi dan informasi itu sendiri. Ciri-ciri dari perkembangan teknologi komunikasi dan informasi (ICT, information and commnication technology) dewasa ini ditandai dengan 1) The Rise of Internet, munculnya Web dengan information super high way. 2) Convergencing Industries, munculnya industri digital yang mengglobal, dan 3).Convergecing Technologies, seperti CD digital, TV transmitte in digital format, telpon seluler dll. (Kemunculan TV digital di Indonesia yang diresmikan oleh Presiden RI pada hari kebangkitan Nasional 20 Mei 2009, oleh presiden dinyatakan sebagai revolusi ketiga di bidang informasi di Indonesia. Revolusi pertama ditandai dengan munculnya TV RI yang diresmikan oleh Presiden Soekarno tahun 1964, dan revolusi ke dua ditandai dengan peluncuran Satelit Palapa tahun 1976 oleh Presiden Soeharto). Satelit Komunikasi yang ditahun 1945 baru merupakan gagasan yang ditulis oleh Athur C. Clark dalam majalah Wireless World edisi Oktober 1945 dapat diwujudkan oleh Jhon R Piere dari Bell Laboratories dengan didemontrasikannya kelayakan komunikasi ruang angkasa dengan satelit ECHO dan Telstar. Bahkan Satelit Komunikasi, digital recording dan Internet adalah contoh dari Revolusi Ketiga Informasi di dunia.
Kemunculan internet telah mempermudah komunikasi dan penyaluran informasi ke seluruh dunia, teknologi Wolrd Wide Web sebagai multimedia portions, dengan HTMLnya dapat membuat halaman-halaman web. Teknologi Satelit (dimana Indonesia, 1976 adalah negara kedua waktu itu setelah Canada yang memiliki satelit komunikasi) telah melahirkan siaran TV-DBS (direct broadcating system) dan dilengkapi dengan kemunculan kabel optik yang bisa menyalurkan informasi dalam jumlah besar dan cepat, information super highway.
Perkembangan ICT tersebut diatas tidak saja mempengaruhi media Internet dan TV, tetapi juga memasuki dunia industri media,seperti media cetak, radio dan munculnya New Multimedia.
Media cetak seperti buku, majalah dan surat kabar. Trend teknologi di bidang media cetak ditandai dengan penggunaan bahasa digital (digitizing, making an image computer readable as with scaner), deskop publishing is the composition, seperti tata letak (lay out) dan mencetak dengan menggunakan dikendalikan oleh PC (Personal Computer), juga publishing (penyebaran dan pendistribuasian informasi melalui internet dan CD, serta teknologi komputer telah merubah cara mempublish (menerbitakan) buku, majalah dan surat kabar, bahkan mempercepat proses cetak, seperti cetak jarak jauh dengan biaya yang lebih murah. Surat Kabar yang terbit di Jakarta seperti Republika, Kompas dll. Juga dicetak di Makassar dan Medan dengan teknologi cetak jarak jauh, sehingga masyarakat di dua kota tersebut sudah dapat membaca surat kabar di pagi hari seperti orang Jakarta.
Radio, yang sejak tahun 1940an telah menjadi kekuatan budaya dan politik, menjadi lebih signifikan perkembangannya dengan ditemukannya gelombang FM oleh Edwin Amstrong. Dewasa ini media radio audiensnya telah tersegmentasi seperti media lain. Siaran radio digital dan radio satelit telah menawarkan pilihan-pilihan bagi pendengar. Dengan demikian persaingan industri radio semakin ketat dan telah meningkatkan perkembangan dunia industri radio dewasa ini.
• Munculnya New Multimedia, suatu konvergensi dari televisi, telepon, computer, data base dan delevery system. Misalnya, sebuah Note Book yang tersambung dengan internet dengan ukuran layan 8 inch Anda dapat menikmati siaran TV manca negara sambil menunggu pesawat di airport, dapat mengirim dan menerima email dan telepon, melihat data perkembangan perusahaan dan mengevaluasi serta dapat mengambil keputusan di mana dan kapan saja, dengan kemunculan New Multimedia hambatan waktu dan tempat tidak lagi menjadi masalah.
        3.  Dampak dari perkembangan teknologi komunikasi atau globalisasi.
             Terdapat tiga ketimpangan yg mencolok :
a. Porsi pengeluaran Negara-negara2 berkembang sekitar 3 % dan hanya memiliki 13 % dari seluruh ilmuan yg ada di dunia dan bertumpuk di India, Brazil, Argentina dan Mexico
b. Negara-negara berkembang harus meningkatkan porsi untuk pengeluaran bidang industry dari 7 % menjadi 25 %. Tahun 1980 hanya 9 %.
c. Nilai peralatan pengolahan data, diperkirakan AS, Jepang dan Eropa Barat mencapai 83 % dari seluruhan dunia (1978). 17 % dimiliki bersama dan th 1988 meningkat 20 %.
Di samping itu otomasi besar-besaran akan menyebabkan pengangguran, contoh sebuah computer bisa menyebabkan ribuan orang tak lagi dibutuhkan, dan juga menimbulkan dilemma-dilemma moral lainnya. Dari sini disadari betapa besarnya peranan pendidikan dan ilmu pengetahuan, sebab “the knowledge gap hypothesis posits that the “information-rich” benefit more from exposure to communications media than the “information-poor” Hal tersebut akibat dari perbedaan tingkat pendididkan, akses terhadap sumber informasi seperti perpustakaan dan computer rumah yang tersambung dengan internet merupakan suatu keniscayaan di era informasi
Dalam menghadapi informasi melalui media massa yang perlu mendapatkan perhatian adalah di mana sementara orang kurang nyaman untuk mencari penyelesaian konflik, dan membicarakan berita-berita yang kurang baik (bad news) melalui teknologi komunikasi. Hal-hal negatif lainnya dari media massa adalah kekerasan yang seringkali dituduhkan masyarakat kepada siaran televisi, akan tetapi sebenarnya televisi hanya salah satu penyebab dari kekerasan dan bukan satu-satunya penyebab, seperti kemukakan Sherly Biagy,(1995) “several sub sequent studies have suggested that TV violence causes aggression among children. Researchers caution, however, that TV violence is not the cause of aggressiveness, but a cause of aggressiveness”
Selain dampak negatif tentu saja banyak hal-hal yang positif yang dapat dipetik dari perkembangan teknologi komunikasi dan informasi, dengan perubahan institusi seperti perubahan lembaga-lembaga pendidikan, munculnya system pendidikan Jarak Jauh atau terbuka, seperti Universitas Terbuka, SMP Terbuka, Open University di London, India, Pakistan dan lain-lain.
Dalam bidang ekonomi dan perdagangangan, ditandai dengan munculnya e- Banking, e-comers, e-money, dan resesvasi tiket pesawat dan hotel melalui internet. Dibidang kesehatan munculnya e-medicin dan yang tak kalah pentingnya adalah sistem kependudukan di mana diharapakan setiap KTP atau IC harus memiliki chips, seperti di negara tatangga, pendataan kependudukan sudah computerize dan dapat diakses melalui internet sehingga perpindahan penduduk dapat dilacak dan diketahui dengan mudah. Dengan demikian masalah daftar pemilih tetap dalam Pemilu dapat diatasi dengan mudah dan dengan data kependudukan yang akurat. Wujud sistem komunikasi yang dihasilkan oleh kemajuan teknologi menurut Bell (1979) :
Pertama, jaringan pengelolaan data yang memungkinkan orang berbelanja cukup dengan menekan tombol-tombol komputer di rumah masing-masing, pesanan akan dikirimkan langsung ke rumah.
Kedua, bank informasi dan sistem penyelusuran yang memungkinkan pemakainya menelusuri informasi yang diperlukan serta memperoleh copy cetaknya dalam waktu cepat.
Ketiga, sistem teleks yang menyediakan informasi mengenai segala rupa kebutuhan, seperti cuaca, informasi finansial, iklan terklasifikasi, katalog segala macam produk lewat layar televisi di rumah masing-masing.
Keempat, sistem faksimili yang memungkinkan pengiriman dokumen secara electronik.
Kelima, jaringan komputer interaktif yang memungkinkan pihak-pihak yang berkomunikasi mendiskusikan informasi melalui komputer.
Dengan semakin berkembangnya pekerjaan di bidang informasi dan semakin banyaknya sarana komunikasi, menurut F. Latham (dalam Toffler, 1992) maka jumlah orang yang dapat bekerja di rumah atau di pusat-pusat kerja setempat juga semakin banyak. Hal tersebut disebabkan berbagai kekuatan yang ampuh sedang bertemu membentuk suatu kekuatan yang hebat untuk menciptakan “pondok elektronik”. Indikasinya adalah pergantian yang menguntungkan antara transportasi dengan telekomunikasi.

 Hambatan di Era Informasi

Dari uraian di atas dapat diketahui betapa pentingnya informasi bagi masyarakat dan pembangunan suatu negara, apalagi di era teknologi infomasi dan komunikasi ini. Walaupun tetap ada dampak negatifnya atau efeknya, tetapi hal itu sangat tergantung pada bagaimana manusia atau masyarakat mempergunakan dan mensikapinya. Manusia atau masyarakat yang dapat memanfaatkan kemajuan teknologi tersebut dengan benar maka dia akan mendapat manfaat yang besar karena dengan teknologi tersebut akan memberikan berbagai kemudahan dalam mencapai tujuannya. Tetapi manusia yang menyalahgunakannya maka akan menimbulkan berbagai kerusakan alam dan degradasi moral manusia.

Bagi Indonesia dalam memasuki era informasi  memang banyak kendala yang harus dihadapi, terutama masih adanya kesenjangan informasi dan belum siapnya masyarakat dan negara dalam menghadapinya. Dengan adanya masalah tersebut tentu bangsa kita belum dapat bersaing di era global ini.

Belum siapnya negara kita dalam menghadapi era informasi adalah karena bangsa kita pada saat ini baru  melaksakan pembangunan. Di samping itu sebagai negara berkembang juga masih kekurangan dana, infrastruktur dan sumber daya manusia yang terampil dan berkualitas. Sebagaimana kita ketahui bahwa untuk mengadakan infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi membutuhkan modal yang besar. Di samping itu manusia sebagai human capital sangat menentukan dalam mencapai suatu tujuan.

Manusia dalam pembangunan adalah sebagai agent of change. Manusia selain sebagai obyek juga sebagai subyek dari pembangunan itu sendiri. Sebesar apapun modal fisik yang dipunyai dan secanggih apapun teknologi yang digunakan maka semua itu akan sia-sia apabila kualitas sumber daya manusianya masih rendah.

Selain kekurangan dana, problem yang dihadapi bangsa kita saat ini adalah masih rendahnya kualitas sumber daya manusia Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari tingginya angka buta huruf dan masih rendahnya minat baca serta masih berkembangnya tradisi lesan, terutama pada masyarakat yang hidup di pedesaan dan  daerah terpencil. Padahal informasi dan pengetahuan biasanya disajikan dalam media bacaan, baik cetak maupun non cetak, seperti buku, koran, majalah, internet dan sebagainya. Namun merek informasi bukan hanya terbatas pada kebiasaan membaca, tetapi lebih dari itu yaitu kesanggupan untuk memahaminya (literasi informasi). Di samping itu juga dengan adanya tradisi yang masih menganggap rendah kedudukan perempuan dari pada laki-laki baik dalam kehidupan rumah tangga, dalam pendidikan maupun dalam mendapatkan pekerjaan yang dapat membuat perempuan tidak berdaya. Rendahnya kualitas sumber daya manusia tersebut dapat menyebabkan rendahnya posisi tawar dan fungsi kontrol mereka terhadap kelemahan berbagai lembaga pelayanan publik.

Hambatan lain adalah masih adanya kesenjangan informasi dan pengetahuan. Kesenjangan ini dapat terjadi apabila informasi tidak tersebar secara merata kepada seluruh masyarakat dan apabila banyak informasi yang tertutup, sehingga masyarakat mempunyai informasi yang terbatas. Ketidakseimbangan arus informasi tersebut dapat terjadi antara masyarakat kota dan masyarakat pedesaan, antara kelompok minoritas yang  kaya dengan kelompok mayoritas yang miskin dan antara kelompok elite dan massa, yang menyebabkan berkurangnya kegiatan komunikasi dan mengurangi kegiatan persediaan dan permintaan di “pasar informasi”, sehingga dapat mengurangi sirkulasi informasi yang lebih bebas.

Sampai saat ini masih ada kesenjangan informasi antara masyarakat kota dengan masyarakat pedesaan dan daerah terpencil. Kesenjangan ini disebabkan masih terbatasnya infrastruktur di daerah pedesaan dan daerah terpencil sehingga masih kesulitan untuk mengakses informasi yang mereka butuhkan, sedangkan di perkotaan sumber-sumber informasi itu relatif banyak dan mudah didapatkan.

Perbedaan status sosial seperti ekonomi, pendidikan dan sebagainya juga dapat menyebabkan kesenjangan informasi. Orang kaya cenderung mudah mendapatkan berbagai sumber informasi, sedangkan orang miskin tidak mampu untuk mendapatkan sumber-sumber informasi terebut karena lebih memikirkan ekonominya dari pada memikirkan untuk mendapatkan suatu sumber informasi. Orang yang berpendidikan tinggi juga cenderung mudah mendapatkan sumber-sumber informasi yang mereka butuhkan, sedangkan orang yang berpendidikan rendah akan mengalami kesulitan dalam mendapatkan informasi.

Kelompok elite karena mempunyai kekuasaan dan modal besar juga sering memonopoli sumber-sumber informasi, seperti informasi dari media massa. Dalam suatu negara berkembang seperti Indonesia, monopoli juga dapat terjadi antara pusat dan bawah, yang disebut arus satu arah dari atas ke bawah, sehingga tidak ada kebebasan informasi karena biasanya orang hanya menerima informasi saja, sedangkan untuk mencari dan menyampaikan informasi masih sering diabaikan. Beberapa hambatan terhadap kebebasan informasi sering disebabkan karena adanya peraturan yang menekan, adanya sensor, intimidasi dan kekerasan fisik, birokrasi yang berbelit-belit, infrastruktur yang tidak memadai dan takut pada penguasa.

Hambatan terebut pernah terjadi pada masa pemerintahan orde baru, dan setelah terjadi reformasi, beberapa hambatan  berangsur-angsur mulai menghilang. Namun pada saat ini yang sering terjadi adalah adanya birokrasi yang masih berbelit-belit dan kinerja aparat pelayanan publik yang belum transparan dan akuntabel, di sisi lain masyarakat belum mempunyai bargaining power dan kontrol terhadap kinerja aparat tersebut.

Adanya berbagai masalah seperti tersebut di atas menyebabkan sampai saat ini masyarakat dan negara kita belum mempunyai empowerment dalam menghadapi era informasi yang sangat kompetitif ini. Untuk menyelesaikan masalah tersebut maka perlu ada perhatian dari semua pihak yang terkait seperti pemerintah, lembaga legislatif, para profesional dan sebagainya. Selain itu keberhasilan memecahkan masalah ini juga sangat tergantung dari partisipasi masyarakat agar selalu aktif mencari dan memanfaatkan informasi yang dibutuhkan serta menyampaikan berbagai keluhan kepada pemerintah apabila mendapat pelayanan informasi yang tidak sesuai dengan yang diharapkan.

Masyarakat Informasi  Yang Diuntungkan
dan Yang Dirugikan

Para pendukung yang sangat mengadopsi ICT memandang sosioekonomi
mereka sebagai suatu hal yang secara konstan berubah dan
penuh dengan ketidakpastian lingkungan bisnis, yang semakin mengarah
pada filosofi orientasi pelanggan. Siklus umur produk yang semakin
pendek mengharuskan perusahaan-perusahaan untuk tetap berinovasi
untuk menjadi first mover agar menangkap kesempatan bisnis potensial. Bila
perusahaan melupakan kesempatan ini, dapat membuat mereka kehilangan
mesin pendapatan mereka, pelanggan. Perusahaan-perusahaan juga berada
dalam permainan politik dimana kadang mereka berkolaborasi atau
mengancam perusahaan lain untuk menyelamatkan posisi mereka di pasar.
Dalam melakukan hal ini, tidak diragukan lagi ICT dipandang sebagai
senjata yang ampuh.

Pengembangan Radio Frequency Identifier (RFID) contohnya,
memunculkan cara baru dalam melakukan bisnis dalam lingkungan
berorientasi pelanggan yang lebih efisien (Twist, 2005). Sebagai tambahan,
lihatlah contoh Wall-Mart. Dengan menggunakan RFIT, para pelanggan
tidak perlu mengeluarkan kembali plastik belanja mereka dari troli karena
teknologi tersebut mampu mendeteksi total harga tanpa harus melewatkan
setiap barang belanjaan kedepan pemindai bar-code. RFID juga
menyederhanakan cara Wall-Mart untuk mengelola rantai pasokan mereka
sehingga Wall-Mart secara signifikan dapat menurunkan tingkat kesalahan
persediaan dan waktu-tunggu (Lee and Wang, 2001).


Diluar bidang bisnis, penetrasi ICT sangat berdampak pada
sejumlah komunitas, khususnya negara-negara berkembang. Di bidang
pendidikan, pembaruan dibidang sistem pendidikan menjadi mungkin
dengan memperkenalkan komputer rumah sebagai media pelengkap untuk
memperluas perolehan informasi bagi anak-anak (Habib and Cornford,
2001). Di bidang layanan publik, penggunaan sistem pajak online untuk
melaporkan pajak tahunan dan pengembangan website otoritas pajak yang
menyajikan informasi seputar sistem pajak di suatu negara memungkinan
administrasi yang lebih efisien (Chen and Wellman, 2005) dan
menghindari kemungkinan kecurangan yang mungkin dilakukan oleh
petugas pajak dan pelaku potensial. Manfaat lain juga diterima di sektor
pertanian, dimana informasi yang lebih baik diperoleh para petani dalam
memperkirakan harga pasar dan menjamin terus tersedianya input dan jasa
pertanian lainnya (Berdegué and Escobar, 2001) .

Yang Diuntungkan

Penerima manfaat mengindikasikan mereka yang mampu
memahami berbagai dimensi dari dampak informasi dan oleh karenanya
lebih mampu belajar untuk mendapatkan, menggunakan dan menyebarkan
informasi ke lingkungan mereka. Dilain pihak, pihak korban muncul
sebagai hasil dari kurangnya atau tidak adanya beragam lingkungan dalam
pengembangan ICT.

Rentetan cerita sukes muncul baik di kelompok usaha dan
kelompok yang lebih luas yang mewakili kelompok dalam masyarakat
informasi yang menikmati manfaat tertentu dari ICT. Kelompok-kelompok
ini mampu menggunakan peran ICT dalam konteks mereka
sendiri yang berbeda dari kelompok lain. Untuk bidang usaha, beragam
inovasi dalam ICT secara intensif diteliti dengan fokus untuk
mendapatkan keunggulan bersaing dari para rival.

Untuk mencapai tujuan tersebut, perusahaan-perusahaan melancarkan strategi yang berkisar dari keunggulan dalam biaya, spesialisasi atau ceruk pasar baru, yang dijabarkan kedalam efisiensi operasional dan aktifitas-aktifitas unik. Untuk mencapai efisiensi operasional, perusahaan melaksanakan serangkaian program peningkatan kualitas, seperti Total Quality Management, Business Process Reengineering, Analisa Economic Value-Added, Activity-Based Management dan lainnya. Hanya dengan mengkombinasikan efesiensi operasional dengan
aktifitas-aktifitas bisnis yang unik yang membedakan dari lainnya, baru
perusahaan dapat menikmati keunggulan yang bertahan untuk waktu yang
lama (Porter, 1996).

Yang Dirugikan

Pihak yang dirugikan juga muncul dari kelompok masyarakat yang
sama sebagai hasil dari ketidakmampuan dalam mempertimbangkan
lingkungan sosio-ekonomi dan politik pada saat kelompok tersebut
mengimplementaskan inisiatif ICT. Hal itu menghalangi anggota
masyarakat tertentu untuk menggunakan dan menerima ICT secara
terbuka. Di bidang bisnis, sebagai hasil dari tekanan ekonomi untuk selalu
berada di atas, kompetisi yang ketat menghasilkan monopoli ketika suatu
perusahaan menguasai infomasi yang terlalu banyak dari yang lain untuk
berkompetisi. Meningkatnya sistem operasi open-source dan tindakan
hukum pada Microsoft menunjukan tidak diacuhkannya semangat
persaingan bebas (Bowman, 2003).

Situasi yang sama juga terjadi pada sektor pendidikan dimana
terdapat risiko potensial akan penggunaan website yang tidak berwenang
yang dilakukan oleh pelajar bahkan pengajar. Bagi pelajar di negara-negara
berkembang, rasa penghormatan terhadap karya ilmiah orang lain masih
rendah dibandingkan dengan teman-teman mereka di negara-negara maju.
Pornografi anak juga menjadi perhatian utama di sektor pendidikan. Para
pelajar dalam hal ini, diuntungkan dan juga dirugikan oleh ICT dalam
konteks yang berbeda. Di bidang layanan publik, fenomena adanya digital
divide menunjukkan contoh jelas akan bagaimana masyarakat-masyarakat di
tempat terpencil masih tertinggal jauh dari masyarakat perkotaan di
layanan publik seperti kesehatan, listrik, dan pendidikan (BBC, 1999). Di
sektor pertanian, pengembangan web site yang menyajikan informasi yang
beragam cenderung menyesatkan para petani dimana terdapat banyak
informasi yang disajikan yang tidak relevan bagi pengambilan keputusan si
petani. Pengembangan web site itu cenderung lebih relevan di tingkat
pengambilan keputusan pertanian lain. (Berdegué and Escobar, 2001).
Bagi masyarakat terpencil, biaya informasi belum dapat dibenarkan bila
dibandingkan dengan apa yang diberikan oleh ICT (ODI, 2003).
Mengapa Masyarakat Informasi sangat penting?
Masyarakat Informasi menghadapkan kita pada tantangan-tantangan baru dan kesempatan perkembangan-perkembangan menuju seluruh area dari masyarakat.
Dampak dari teknologi informasi dan komunikasi telah menjadi sebuah definisi sementara yang kuat, dan ini mentransformasi aktivitas ekonomi dan sosial. Kunci yang penting dari jaringan teknologi dalam masyarakat informasi adalah teknologi membantu kita untuk membuat koneksi-koneksi baru.
Koneksi-koneksi dimana tantangan tradisional menerima apa yang mungkin, dan ketika hal tersebut menjadi mungkin. Perkembangan masyarakat informasi telah menjadi bagian penting untuk masyarakat informasi sebagai ekonomi kecil yang terbuka di dalam pengembangan jaringan ekonomi global, dimana pengetahuan berbasis pada inovasi yang menjadi kunci sumber dari penopang keuntungan yang kompetitif.
ICT sebagai sarana pembangunan ekonomi dan sosial, dan memenuhi sasaran pembangunan Information and communication technologies (ICT) adalah penting untuk terwujudnya lingkungan ekonomi global yang berpengetahuan dan oleh karenanya memainkan peran yang penting dalam mempromosikan pembangunan yang berkelanjutan dan menghapus kemiskinan.
Potensi ICT untuk memberdayakan masyarakat sangat besar. Hal ini terutama dalam kasus untuk orang cacat, wanita, generasi muda dan pribumi. ICT dapat membantu membangun kapasitas dan keterampilan untuk menciptakan peluang kerja yang lebih banyak, membantu usaha kecil dan menengah, dan meningkatkan partisipasi serta menginformasikan pembuat keputusan pada setiap level melalui peningkatan pendidikan dan latihan, khususnya bila disertai dengan penghormatan sepenuhnya terhadap keanekaan bahasa dan budaya.
Inovasi teknologi dapat menyokong secara nyata untuk memberikan akses yang lebih baik kepada layanan kesehatan, pendidikan, informasi dan pengetahuan, sebagaimana juga menawarkan variasi sarana yang lebih luas dimana masyarakat dapat berkomunikasi, sehingga mendukung promosi pemahaman yang luas dan peningkatan kualitas kehidupan warga dunia.
Dari semua penjelesan di atas dapat di ambil suatu kesimpulan bahwa masyarakat informasi sangatlah penting untuk menghadapi kehidupan mendatang yang lebih maju atau kehidupan teknologi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar